Pada
bagian Sebelumnya, kita kupas suatu kesatuan strategi untuk menaikan value bagi pelanggan yang disingkat MAS ARIEF, atau yang secara ringkasnya, dapat diuraikan dalam
beberapa point seperti :
1. Momentum -Capture the right moment, right now.
2. Attitude – Spreading the right attitude
3. Super Planning - No ordinary Program
4. Absorb new Skills – it's all about the man behind the gun
5. Redesign – be creative, be innovative
6. Improve Your Services – Service is the name of the game !
7. Enlarge the Network – My enemies are also my good friends
8. Full Evaluation – always Check and re-Chek.
Oleh ; Arief Widyarto, GradDipBuss.MBA
Pada Tulisan terdahulu, sudah kita bahas bagaimana menggali sumber-sumber kreatifitas. Kali ini kita akan membahas pentingnya untuk selalu meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, sebagai berikut :
“Do what you do so well that they will want to see it again and bring their friends”
- Walt
Disney
Excellent
Service adalah mutlak ! Apapun bisnisnya, apakah berkatagori produk, apalagi
jasa, Service is the name of the game ! Poor service, you are out of the game !
finish… game over !
“Life is for service.” ― Fred Rogers
Pelayanan kepada pelanggan sejatinya tak pernah berhenti, tak
ada hari libur, tak ada waktu istirahat, karena servis kini telah bisa di
otomatisasi ! Dihari libur, kantor Bank libur, namun saat ini ada ATM dan Phone
Banking…. Pelanggan terlayani setiap saat. Hidup adalah untuk melayani. Namun
demikian, bagaimana bila semua perusahaan menyediakan servis yang sudah sama
baiknya, excellent personal service dan sudah terotomatisasi dengan canggih ?
Untuk itu, mari kita cerna pendapat dibawah ini :
“The goal as a company
is to have customer service that is not just the best but legendary”
- Sam Walton, Founder of Wal-Mart
- Sam Walton, Founder of Wal-Mart
Nyata, bahwa servis yang diberikan tidak cukup hanya “Best”
atau “excellent” tapi harus melegenda yaitu unggul, membekas dihati, dikenang
dan jadi pembicaraan orang dalam jangka panjang.
Untuk membuat service kita melegenda, berikut hal-hal yang
sebaiknya dilakukan :
Know exactly the customer needs and wants
Mengetahui persis apa yang dibutuhkan serta diinginkan
pelanggan. Kalimat ini terdengar klasik, mudah ditulis dan diingat, dan sudah
menjadi kalimat yang wajib disebut di setiap pembahasan strategi marketing.
Tapi, mengaplikasikannya secara konsisten, tidak semua bisnis dapat
melakukannya. Bisnis yang jalan ditempat, atau bahkan bangkrut, kebanyakan
memperlakukan kalimat diatas hanya sebatas slogan semata ! Untuk mengaplikasikan dengan baik,
perusahaan dapat menyusun metode-metode yang secara terus menerus memantau
informasi dan mengevaluasi kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan dampaknya kepada
performance perusahaan dan merumuskan strategi pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Pastikan bahwa Secara regular, pelayanan yang telah
disesuaikan tersebut, dievaluasi dan ditingkatkan seiring dengan peningkatan
kebutuhan dan harapan pelanggan. Perusahaan harus pula mencari masukan untuk improvement dari pelanggan sendiri, para
stakeholders, suppliers dan pihak-pihak lain, termasuk mempelajari apa yang
pesaing lakukan, agar pelayanan yang
dilakukan perusahaan kita sudah sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Customers don’t always know what they want. The decline in coffee-drinking was due to the fact that most of the coffee people bought was stale and they weren’t enjoying it. Once they tasted ours and experienced what we call “the third place”.. a gathering place between home and work where they were treated with respect.. they found we were filling a need they didn’t know they had.
(Howard Schultz, Chairman and CEO Starbucks)
Do beyond customer expectation
Mendesign, men-develop dan men-deliver products and services
berdasarkan kepada kebutuhan dan harapan pelanggan adalah hal yang diutamakan.
Namun demikian, perusahaan tak bisa berhenti pada hal ini saja. Karena, ditahap
ini perusahaan kita hanya menjadi perusahaan yang rata-rata. Hampir sama dengan
yang lain. Jadi kuncinya, lebihkanlah pelayanan kita dibanding apa yang
diharapkan oleh para pelanggan. Beri mereka nice
surprise. Memberi servis mobil gratis di hari ulang tahun pelanggan adalah
hal yang baik. Bagaimana bila sang pelanggan juga dipinjami mobil lain yang
lebih mewah dari miliknya, atau model yang terbaru, sekaligus beserta driver
yang siap mengantarkan kemana saja pelanggan pergi sehari itu, dengan bensin
sudah terisi penuh pula (Ada juga bengkel yang meminjami mobil pengganti, tapi
menggunakan mobil seadanya yg cenderung lebih “parah” kondisinya dibanding
mobil si pelanggan, dan bensin yang sudah mepet di E – padahal, selain
memanjakan customernya yang sedang berhari bahagia, moment ini bisa dipakai
untuk mempromosikan mobil keluaran/seri terbaru, dengan si sopir sebagai
perwakilan bengkel yang dapat menjelaskan tentang kelebihan serta fitur-fitur
terbaru kendaraan tersebut. Secara tak sadar, pelanggan sudah melakukan “test drive” bukan ? bukankah ini tak
sekedar menjadi nice surprise bagi
pelanggan, tapi bisa menjadi win-win
situation bagi kedua belah pihak ?)
and what they
“Here is a simple but
powerful rule: always give people more than what they expect to get”.
(Nelson Boswell)
(Nelson Boswell)
are doing to e comparison
and
improvement
With Love - Sepenuh hati, dengan senang hati
With Love - Sepenuh hati, dengan senang hati
Memang tidak bisa disamakan, antara service yang dilakukan oleh perusahaan
dan pelayanan yang di jalankan Jokowi di Jakarta dan Solo. Namun, kita bisa
melihat bahwa ketulusan terpancar dari sosok beliau saat bertemu dengan
warganya. Intinya, ketulusan terpancar dan dapat jelas terlihat dan dirasakan atas apapun yang dilakukan
dengan sepenuh hati dan dengan senang hati. Demikian pula dengan service yang diberikan
perusahaan kepada pelanggannya. Setiap upaya yang dilakukan dengan sepenuh hati
dan dengan senang hati, akan terlihat dan dapat dirasakan dengan baik oleh
pelanggan. Sebagai balasan, pelangganpun biasanya akan menyambut dan membalas
kebaikan pelayanan dengan respon yang positif, berupa loyalitas dan bahkan referal. Perusahaan tak bisa sekedar mengharapkan para
karyawannya memberikan pelayanan yang tulus kepada pelanggan, dengan hanya
sekedar memberi pelatihan saja. Tapi, jiwa melayani biasanya terbentuk antara
lain dari culture perusahaan, gaya kepemimpinan termasuk kesejahteraan dan rasa
memiliki karyawan terhadap perusahaan. Contoh
klasik adalah senyum yang diberikan karyawan (Customer service), dimana
biasanya kita jelas bisa melihat mana senyum yang ditimbulkan karena rasa
gembira menerima kedatangan kita sebagai pelanggan (terbentang dalam pikirannya
bahwa semakin banyak pelanggan yang datang, perusahaan tempatnya bekerja akan
semakin maju dan dirinya juga makin sejahtera..) atau senyum yang terpaksa
dilakukan karena prosedur yang sudah ditetapkan (padahal dalam hatinya
berkecamuk pikiran..”duh..ada tamu lagi.. tambah kerjaan lagi, tambah capek
deeh…!”).
“I slept and dreamt that life was
joy. I awoke and saw that life was service. I acted and behold, service
was joy. (
Rabindranath Tagore)
Make rules & Break Them
“Know the
rules well, so you can break them effectively.”
― Dalai Lama XIV
― Dalai Lama XIV
Buatlah standar pelayanan yang baku dan mudah diikuti
pelaksanaannya, agar tidak ada perbedaan pelayanan terhadap customer yang sama
dalam kasus yang sama pula, hanya karena diberikan oleh customer service yang
berbeda. Standar pelayanan harus pula
disosialisasikan kepada seluruh karyawan di segala bagian dan level, terutama
kepada front liner seperti customer service atau marketing. Semakin tinggi
tingkat pemahaman dan penjiwaan, semakin tinggi pula kemampuan
pengetrapan. Sehingga pelayanan yang
diberikan juga bisa optimal. Seperti
kutipan kata bijak Dalai Lama diatas, Jangan ragu-ragu pula memberikan
pelayanan diluar ketentuan atau peraturan yang ada, selama kita mengetahui dengan
pasti ketentuan yang ada. Sehingga, penyimpangan yang diberikanpun bisa efektif
dan membawa manfaat baik kepada pihak pelanggan maupun perusahaan.
Life is short! Break
the rules! Forgive quickly! Kiss slowly! Love truly, laugh uncontrollably and
never regret anything that made you smile. (Robert Doisneau quotes)
Penuhi Janji
“Well done is better than well said.- Benjamin Franklin
Penjualan tidak
pernah terlepas dari komunikasi, yang kebanyakan berupa janji-janji. Janji yang diberikan bisa dalam bentuk
komunikasi periklanan ataupun dari pembicaraan
langsung secara personal. Apapun bentuk komunikasinya, yang jelas pelanggan perlu informasi yang dianggap reliable,
dapat dipercaya. Pastikan janji manis yang
diberikan tidak overpromise dan
dipersepsikan secara berbeda oleh pelanggan. Karena itu, paling tidak sering di
cross check untuk memastikan bahwa pengertian atas apa yang perusahaan
sampaikan sudah sesuai dengan yang
diharapkan. Untuk melakukan cross check, perlu dibuat suatu pedoman atau prosedur yang dapat memastikan bahwa
kualitas produk atau layanan adalah sesuai dengan apa yang di komunikasikan.
Jangan lupa pula untuk selalu
me-review secara berkala prosedur tersebut untuk meningkatkan efektivitasnya, agar service
yang dihasilkan selalu
sesuai dengan yang di komunikasi atau dijanjikan.
You are what you do, not what you say
you'll do (C.G. Jung)
Service tugas seluruh bagian dan seluruh tingkatan
Para CEO harus dapat men-define
dan menyampaikan standar service yang diharapkan dihasilkan oleh perusahaan,
yang menjadi patokan seluruh karyawannya. Mereka juga harus mendukung
sepenuhnya pada apa yang telah mereka gariskan tersebut, termasuk melibatkan
diri dan memberi contoh secara langsung terhadap pelanggan internal, misalnya
pelayanan kepada para karyawan atau bawahannya, dan pelanggan eksternal seperti
relasi bisnis dan executive di perusahaan pelanggan atau para stake holder
lainnya. Karena tanpa dukungan nyata dan keterlibatan para pimpinan sebagai role model, kualitas service para
karyawan tak akan sebaik yang diharapkan. Lagi contohnya adalah Gubernur
Jokowi. Beliau sudah menetapkan contoh, men-setup
standar pelayanan bagi warganya secara
langsung sebagai role model yang dapat diikuti oleh bawahannya. Bahkan standar
pelayanan sekelas Jokowi saat inilah yang diharapkan diterapkan oleh pemerintah
didaerah bahkan pusat.
Service bukanlah pula sekedar tanggung jawab dari para frontliner semata. Service harus melibatkan dan dijiwai oleh
seluruh karyawan dari seluruh bagian dan tingkatan. Bahkan service yang
diterima pelanggan akhir, adalah hasil kerjasama yang panjang dari seluruh
bagian, termasuk para supplier. Karena kualitas nilai yang terkandung dari
service yang di deliver kepada
pelanggan akhir merupakan mata rantai dari kualitas kegiatan-kegiatan terdahulu
(biasa disebut Value Chain). Supplier
misalnya, saat yang bersangkutan gagal
memasok bahan baku produksi tepat pada waktunya, yang berarti gagal dalam memberikan nilai pelayanan yang baik kepada
perusahaan, maka kegiatan proses produksi bisa saja terhenti, atau terpaksa
menggunakan jenis bahan baku alternatif yang berbeda dari biasa. Hal ini dapat
berakibat pada keterlambatan pengiriman, atau perubahan kualitas produk akhir yang dikirim kepada
customer ! Sehingga, rantai nilai pelayanan tidak boleh ada yang terputus (dalam contoh
adalah kegagalan dari supplier mendeliver produknya). Bila terputus, akan
berakibat menurunkan nilai pada kualitas pelayanan di seksi atau bagian-bagian
selanjutnya dari perusahaan hingga sampai kepada yang diterima pelanggan
akhir. Hal ini bila tak ditangani dengan
baik, akan berakibat kekecewaan, complaint,
claim dan kehilangan pelanggan yang selama ini sudah dengan susah payah
dibina.
Customer service is not a department, it’s
everyone’s job – Anonymous
Loyality program
& customer Involvement - Program loyalitas dan keterlibatan langsung
dalam proses layanan
Harus disepakati dahulu, bahwa bagaimanapun juga, secara
jangka panjang adalah lebih menguntungkan mempertahankan customer lama yang
berarti meningkatkan loyalitas dan kepuasan existing customer, daripada
mengandalkan peningkatan jumlah customer baru melulu. Karena itu, serangkaian
program yang dapat meningkatkan pelayanan yang prima, haruslah disusun dan
diterapkan dengan baik. Kegiatan-kegiatan yang ‘memanjakan” customer, seperti
memberikan fasilitas atau kemudahan tertentu bagi frequent flyer dari suatu maskapai penerbangan atau
kegiatan-kegiatan pelayanan pelanggan yang melibatkan secara langsung para
pelanggan dalam service yang dihasilkan (bersifat interaktif), seperti
melibatkan pelanggan dalam merancang paket liburan yang sesuai secara lebih
personal bagi mereka, disamping akan dapat meningkatkan tingkat kepuasan yang
berujung pada loyalitas, juga dapat meningkatkan pemahaman atau “meng-edukasi”
mereka atas proses delivery bahkan proses produksi dari produk atau service
yang mereka konsumsi. Dengan demikian, tingkat toleransi terhadap service break down, akan juga lebih tinggi.
Loyal customers, they don’t just
come back, they don’t simply recommend you,
they
insist that their friends do business with you. (Chip Bell, Founder Chip Bell Group)
Service Recovery : Pulihkan Segera !
I won’t complain. I just won’t come
back -Brown & Williamson Tobacco
Ad
Saya rasa
kalimat Brown and Williamson dari Tobacco Ad diatas adalah hal yang paling
ditakuti oleh segala macam bisnis didunia. Kalimat tersebut dapat berarti suatu
kiamat bagi perusahaan, dimana besar kecilnya tergantung seberapa besar peran
pelanggan tersebut pada income perusahaan. Dengan tidak melakukan complain atas
suatu masalah yang diterimanya, berarti tidak ada peluang bagi perusahaan untuk
memperbaiki kualitas pelayanan dan memberi kompensasi lebih bagi customer
tersebut. Maka itu, kualitas pelayanan harus selalu ditingkatkan. Selagi
memiliki kesempatan untuk meningkatkan atau memperbaiki nilai produk atau
service, harus dilakukan sebaik-baiknya (Silakan baca pula article kami “Peluang
emas itu bernama Komplain”). Buatlah
prosedure penanganan komplain yang baik dan efektif. Jangan lupa pula untuk
memiliki catatan atas seluruh komplain, komentar dan keinginan-keinginan pelanggan, untuk selalu di review dan
dijadikan acuan dan mengidentifikasi masalah agar tak terulang kembali dan
dapat meningkatkan kualitasnya. Informasikan setiap kemajuan dan perkembangan
yang dicapai kepada customer, agar mereka mengerti keseriusan perusahaan dalam
meningkatkan nilai pelayanannya. Jangan berputus asa untuk selalu berkomunikasi
dengan mantan pelanggan ini. Karena suatu saat, dengan kegigihan perusahaan
dalam menginformasikan peningkatan nilai-nilainya tersebut, pelanggan pasti
akan tergerak untuk mencoba kembali layanan produk kita. Jangan pernah
menyia-nyiakan kesempatan tersebut dengan kesalahan-kesalahan, apalagi yang
sama !
Penulis adalah :
Praktisi Industri tekstil dan Semen
0 comments:
Post a Comment