Oleh : Koeswardojo MM.MBA
*Baca juga Urgensi penerapan manajemen resiko bagian 1
Manajemen Risiko di dalam Dunia Bisnis
*Baca juga Urgensi penerapan manajemen resiko bagian 1
Manajemen Risiko di dalam Dunia Bisnis
Apabila risiko perusahaan dikelola dengan baik, maka apa
yang dihadapi perusahaan tidak sekedar hal-hal yang serba menakutkan,
namun merupakan serangkaian kombinasi oportunitas
antara rugi-laba, sengsara-sejahtera, gagal-sukses, insolvent-solvent,
dan sebagainya. Borge mengartikan bahwa manajemen risiko adalah sarana berupa
suatu tindakan yang sengaja dilakukan untuk meningkatkan pencapaian hasil yang
menguntungkan dan menekan kemungkinan hasil yang merugikan. Hidup ini
sebenarnya merupakan latihan pengambilan keputusan, pelatihan kemampuan
melakukan pilihan yang dianggap terbaik, maka apabila dilihat dari sejarah
perkembangan risiko serta penanggulangannya yang telah kita lakukan selama
berabat abat, kita semua ini sebetulnya telah melakukan pilihan-pilihan setiap
saat agar tidak terjerumus kedalam situasi yang menyulitkan. Masing-masing kita
adalah seorang manajer yang baik. Jadi,
manajemen risiko tidak dimaksudkan untuk mencetak seorang manajer risiko yang
baik, namun untuk menjadikan kita sebagai manajer risiko yang lebih baik. Setiap
jenis usaha akan mempunyai serangkaian risiko yang secara umum dialami
perusahaan, namun banyak risiko yang mungkin hanya ada pada jenis perusahaan
tertentu. Salah satu jenis usaha disini yang akan kita pakai sebagai panduan
untuk mengetahui seluk beluk risiko perusahaan adalah jenis Lembaga Keuangan
Intermediasi (LKI) seperti Bank, Reksa Dana, Lembaga Simpanan /Tabungan,
Asuransi dan sebagainya. Sebagian para akhli berpendapat bahwa, bisnis utama
LKI adalah mengelola risiko. Bessis menggambarkan bank adalah sebuah ‘risk
machines’: mereka mengambil risiko, merubahnya (transform risk), dan
mengemasnya kedalam bentuk produk serta
servis guna di ‘jual’ ke masyarakat.
Bank sebagai LKI antara lain mempunyai fungsi yang disebut sebagai transformasi assets, yaitu membeli primary securities berupa surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan seperti obligasi (bonds), saham (equities) dan surat-surat hutang lainnya (notes) atau jenis-jenis assets yang lain. Untuk membiayai kegiatan pembelian surat berharga tersebut, bank mengeluarkan apa yang disebut sebagai secondary securities seperti deposito, tabungan serta produk-produk lain sebagai sarana investasi dari para ibu-ibu rumah tangga, perorangan serta masyarakat luas yang di salurkan lewat bank dengan jaminan asset yang dimiliki yaitu obligasi, saham serta pinjaman yang di keluarkan oleh bank. Dari fungsi transformasi tersebut jelas terlihat bahwa LKI adalah lembaga yang menjembatani kepentingan pemilik dana yang berkeinginan untuk berinvestasi serta pengguna dana yang memerlukan modal.
Risiko
Lembaga Keuangan Intermediasi (LKI)
Dilihat dari karakteristik sebagai lembaga transformer,
neraca LKI pada umumnya menunjukkan jangka waktu assets yang berupa surat-surat
berharga serta pinjaman lebih pajang dari jangka waktu liabilitasnya yang berupa
deposito, tabungan serta rekening giro. Hal ini akan menimbulkan risiko pasar
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Risiko Pasar, adalah risiko yang timbul disebabkan adanya perubahan kondisi pasar, dan bentuknya dapat berupa:
- Risiko suku bunga: risiko ini berpotensi akan muncul apabila jangka waktu antara kekayaan dan kuajiban tidak sama (mismatching the maturities of assets and liabilities).Mari kita ambil contoh sebagai berikut:
Contoh 1:
Misalkan sebuah Lembaga Keuangan (LKI) menerbitkan surat hutang Rp100 juta,
jangka waktu satu tahun dengan tujuan sebagai sumber dana untuk membeli assets
senilai Rp100 juta dan berjangka waktu dua tahun, maka kita dapat
‘menggambarkan’ situasinya sebagai berikut:
!-----------------------------!------ Jangka
waktu
0 Liabilities (Rp100juta, 9%) 1
!-----------------------------!------------------------------!---- Jangka waktu
0 1 2
Assets
(Rp100juta, 10%)
‘Short-funded’: maturity (jangka waktu) liabilities < maturity (jangka waktu) assets:
-
Pada tahun 1,
akan ada untung sebesar 10%-9%= 1% x
Rp100juta = Rp 1.000.000,-
-
Setelah tahun 1,
kalau suku bunga naik, perusahaan akan mengalami penurunan laba atau bahkan
menjadi rugi bila suku bunga menjadi > 10% yaitu karena biaya rolling
over dananya lebih besar, misalnya menjadi 11.5%. Nilai kerugiannya :
11.5%-10% = 1.5% x Rp100 juta = Rp 1.500.000,-
-
Jadi bila LKI
memegang assets dengan jangka waktu > liabilities, akan menanggung refinancing
risk.
Contoh 2
!------------------------------!------------------------------!--- Jangka waktu
0
1
2
Liabilities (Rp100juta,9%)
!-----------------------------------------!----- Jangka waktu
0
1
Assets
(Rp100juta, 10%)
‘Long-funded’: maturity of
liabilities > maturity of assets.
-
Pada tahun 1,
akan ada untung sebesar 10%-9%= 1% x
Rp100juta = Rp 1.000.000,-
-
Setelah tahun 1,
tetap akan ada risiko suku bunga, yaitu bila penempatan dananya mengalami
penurunan suku bunga karena pendapatan rolling over penempatan dananya
akan turun bahkan dapat mengalami kerugian bila suku bunga menjadi < 9%,
misalnya menjadi 7.0%. Nilai kerugiannya menjadi 9%-7% = 2% x Rp 100juta = Rp
2.000.000,- sehingga disini di katakan adanya reinvestment risk.
- Risiko Valuta Asing: adalah suatu risiko karena terjadinya perubahan kurs antar valuta yang menjadi kekayaan maupun kuajiban dari LKI. Mari kita ikuti contoh sederhana di bawah ini:
Bank ABC
Assets
Liabilitas & Equitas
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kredit, 1 tahun, 10% Rp
100 mily - Deposito, 1 tahun, 8% Rp 60
mily
- Deposito
$2jt,1th,3% ekuivalen Rp 18 mily
- Ekuitas Rp 22 mily
----------------
-----------------
Rp 100
mily
Rp
100 mily
Kurs di pasar $1 = Rp 9.000,-
Pada akhir tahun 1, kurs berubah menjadi $1=Rp 11.000.
-
Kita lihat khusus
deposito dalam $:
Pada awal tahun Bank ABC menerima deposito
dalam $, kemudian dia jual untuk mendapatkan
Rp guna mendanai kreditnya sebesar $ 2juta x Rp 9.000 = Rp 18 mily
Pada
akhir tahun 1, Bank ABC harus membeli $ kepasar untuk membayar kembali hutang $
kepemegang deposito sebesar
Yaitu $2 juta x Rp 11.000 =
$ 22.000.000,-
Karena terjadi penurunan nlai Rp
terhadap $ (depresiasi Rp terhadap $), maka Bank ABC menghadapi risiko valuta
asing, tanpa memperhatikan pengaruh bunganya, untuk hutang pokoknya saja dia
akan rugi sebesar Rp4 mily.
- Risiko Kredit, adalah risiko gagal bayar baik pokok maupun bunganya terhadap kredit yang diberikan atau sekuritas yang dibelinya. Semakin panjang jangka waktu kreditnya atau sekuritas yang dibelinya akan semakin besar risikonya. Untuk mengurangi risiko ini dapat dilakukan beberapa langkah seperti analisa yang baik sebelum menyetujui pemberian kredit atau pembelian sekuritas, melakukan monitoring dan pengawasan kepada debitur dan meminta agunan yang cukup. Di samping itu deversifikasi juga sangat dianjurkan untuk dilakukan terutama guna menurunkan efek risiko yang sifatnya firm-specific credit risk and systemic credit risk.
- Risiko Off Balance Sheet (OBS), risiko ini akan muncul apabila LKI mempunyai aktivitas yang berupa contingent assets or liabilities , yaitu aktivitas yang sifatnya tagihan atau kuajiban misalnya garansi, standby L/C atau loan commitment, di samping derivatives instruments seperti swap, forward, futures, option dan sebagainya. Aktivitas ini tidak muncul di dalam neraca karena aktivitas OBS akan memberikan pengaruh di masa depan, bukan pada saat ini. Contohnya Bank ABC memberikan standby loan kepada nasabahnya PT.Z sebesar Rp 100 juta dalam tempo 3 bulan, artinya bila dalam 3 bulan PT.Z memerlukan dana, dia dapat menarik kreditnya sebagian atau seluruhnya. Standby loan tersebut di buku pada sisi aktiva OBS. Katakanlah pada bulan ke-2 PT.Z menarik kreditnya sebesar Rp 40 juta, maka pada saat itu nilai Rp40 juta yang semula di buku di sisi aktiva OBS berpindah kesisi aktiva On-B/S, sedangkan sisanya sebesar Rp 60 juta masih tetap di buku di OBS. Bila sampai selesai masa kredit yaitu 3 bulan PT.Z tidak menggunakan sisa kreditnya, maka nilai Rp 60 juta tidak pernah berpindah ke On B/S. Disini terlihat bahwa, aktivitas OBS suatu ketika dapat berpindah ke On B/S dan ini berarti muncul risiko berupa gagal bayar.
- Risiko Likiditas, yaitu risiko bagi LKI gagal memenuhi kuajiban membayar tunai kepada pihak-pihak yang menaruh dananya di LKI yang bersangkutan. Dalam kondisi normal, pihak LKI telah mempunyai pola penarikan dari para deposannya sehingga penyediaan dana tunainya dapat dikalkulasikan dengan baik. Persoalan akan timbul apabila terjadi penarikan secara besar-basaran dalam waktu yang bersamaan, umumnya atas dasar turunnya kepercayaan terhadap LKI yang bersangkuta. Untuk menanggulangi situasi ini LKI yang bersangkutan kadang-kadang terpaksa harus menjual assets dengan cepat, biasanya dengan harga rendah dan sering diistilahkan sebagai fire sale (‘obral’).
- Risiko Teknologi dan Operasional, mencakup risiko kegagalan atau kesalahan internal baik berupa penerapan tehnologi baru, kesalahan system, kekeliruan atau kurang cakapnya karyawan dalam menjalankan tugas dan sebagainya. Faktor reputasi yang erat dengan persepsi masyarakat dapat pula menjadi kendala yang akan menimulkan kerugian.
- Risiko Negara (Country and Sovereign risks), yaitu risiko kagagalan atau terganggunya kuajiban debitur asing akibat perubahan atau memburuknya kondisi politik dan ekonomi negara dimana debitur berdomisili.
- Risiko Insolvensi, risiko yang muncul akibat dari risiko-risiko seperti yang kita bicarakan di atas, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama sehingga secara komulatif dapat menimbulkan kebangkrutan.
Meskipun uraian di atas mengambil focus pada LKI, namun
risiko-risiko yang muncul banyak yang juga dialami oleh jenis-jenis usana lain,
seperti risiko suku bunga, risiko valuta asing, risiko pasar, risiko negara
maupun risiko insolvensi, oleh karena itu maka manajemen risiko juga diperlukan
oleh bidang- bidang usaha lainnya.
Drs.Koeswardojo
Soemonagoro MM,MBA
Dosen di Indonesia Banking School Jakarta
Mantan
Direktur Bank Bumi Daya.
`
Bacaan: - Anthony Saunders, Marcia Millon Cornett:
Financial Institution Management, 2008
-
Joel Bessis: Risk
Management in Banking, second edition, 2002.
-
Don Borge: The
Book of Risk, 2001.
0 comments:
Post a Comment