Pages

Tuesday 11 December 2012

PELUANG EMAS ITU BERNAMA KOMPLAIN (Bag 2/2)

Oleh : Arief Widyarto, GradDipBuss.MBA


Pada bagian pertama, sudah dibahas penyebab terjadinya komplain, dan manfaat      komplain untuk perusahaan maupun untuk kita secara pribadi, sebagai personil yang langsung berhadapan dengan pelanggan. Bagian kedua ini, lebih ditujukan untuk mengulas beberapa tehnik yang dapat digunakan untuk menghadapi kemarahan pelanggan, agar justru dapat menjadi lebih erat hubungannya dengan perusahaan atau dengan kita.."





Berikut beberapa langkah yang dapat diikuti dalam menghadapi komplain pelanggan yang datang kepada kita :

1.  Tunjukan Empati
Meminta maaf atas ketidak nyamanan yang ditimbulkan oleh kasus ini. Permintaan maaf adalah karena si pelanggan sudah bersusah payah meluangkan waktu dan pikirannya, dan terjadi perasaan ketidaknyamanan. Jadi permintaan maaf bukan pengakuan bersalah, karena memang belum tentu bersalah. Tunjukan empati sejak awal.

2.  Jadilah Pendengar yang Baik, dan Catat
Selanjutnya, dengarkan baik-baik keluhan atau bahkan kemarahan itu, tanpa banyak disela. Buat catatan2 kecil, sebagai bahan deteksi dan analisa masalah yang lebih dalam, serta bahan pemecahan masalah. Para penerima komplain sering meminta pelanggan untuk menuliskan apa saja yang jadi permasalahan. Hal ini jangan sekali kali dilakukan... karena, catatan pelanggan tersebut, bisa saja akan tersebar kemana mana termasuk ke media masa ! Jadi, usahakan pihak kita (perusahaan) yang mencatat sendiri. Pada  articles di Inc site dan  Inc.com dianjurkan juga agar kita mencari kesempatan yang tepat untuk bertanya dan memancing pertanyaan yang dapat berupa feedback pelanggan, sehingga diharapkan dapat  mengurangi rasa frustasi mereka.

4. Pergunakan bahasa yang baik
Dalam kondisinya, biasanya pelanggan lebih sensitif dan merasa paling benar.. Oleh karena itu, bijaklah dalam menggunakan kata-kata dalam berkomunikasi. Gunakanlah kalimat yang bernada menyejukan, dan lembut serta positif.....Hindari kalimat dan kata-kata negatif atau yang berbau konfrontatif dan merendahkan.

5. Beri Bantuan, bukan beri Alasan
 Pikirkan sebuah solusi, Tidak mencari kambing hitam atau alasan berlebihan... (Hindari sikap defensive). Pelanggan tidak mau tahu masalah internal perusahaan. Jadi Tidak perlulah untuk menyalahkan bagian produksi atau bagian pengiriman atas produk yang cacat, tapi bagaimana caranya bahwa sementara pelanggan tidak bisa menggunakan produknya, dia tidak merasa terlalu dirugikan . Contoh sederhana adalah diberikan pinjaman sementara produk yang berfungsi mendekati atau mirip dengan yang sudah dibeli, sambil produk yang cacat tersebut diperbaiki.

6.  Putuskan segera atau endapkan
 Kadang tanpa dapat dihindari, sulit menemukan kata sepakat, yang berujung pada memanasnya situasi, atau terjadi deadlock, dimana masing-masing pihak berkeras mempertahankan pendapatnya.. Dalam hal ini, usahakan untuk mendapatkan jeda selama beberapa saat. Saat Mengendapkan masalah seperti ini, terbukti banyak hal atau ide positif yang tiba-tiba muncul. Alasan untuk meminta jeda bisa dikemukakan dengan baik menggunakan seribu macam usulan tergantung dari kondisi nya, mulai dari menikmati minuman yang dihidangkan, memberikan jamuan makan siang, memberi beberapa materi untuk dipelajari dulu dirumah yang berhubungan dengan produk atau jasa terkait, atau mengingatkan bahwa sudah masuk waktu beribadah (shalat). Untuk mengendapkan, beri target waktu penyelesaian, dan usahakan tepati waktu yang disepakati. Jangan "digantung" dan membiarkan berlarut-larut.

7.  Break The Rule
Jangan ragu-ragu untuk sekali-kali melanggar prosedur dan ketentuan demi memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan. Karena, hasil yang didapat dalam jangka panjang demi hubungan dengan kelangsungan pembelian dan loyalitas pelanggan sangatlah tak ternilai. Contohnya adalah dalam pembelian suatu produk, yang memberi kesempatan untuk bisa ditukar sebelum lewat 1 bulan dari saat pembelian, ternyata pelanggan menemui masalah, dan karena pelanggan pergi keluar kota, yang bersangkutan baru sempat menukarkan setelah 1 bulan lewat beberapa hari. Dalam hal ini lebih bijaksana bersikap fleksibel untuk memberi kesempatan penukaran dengan produk baru. Diharapkan langkah ini justru akan dapat menaikan nilai pelayanan, yang berujung pada kepuasan pelanggan tersebut.

8.  Tangani sendiri
Usahakan untuk banyak mengikuti pelatihan khusus menghadapi keluhan pelanggan atau bernegosiasi. Karena bernegosiasi adalah termasuk dalam katagori ketrampilan yang harus dipelajari, dilatih dan terutama dialami sendiri, maka jam terbang yang tinggi juga berperan penting. Untuk itu, jangan menghindar bila menghadapi masalah dengan pelanggan. Jangan dialihkan ke rekan sekerja ataupun staf kita. Tangani sendiri agar jam terbang makin banyak, dan kita akan semakin terampil.

10.  Thank You

Saat mengakhiri, Berterima kasih kepada pelanggan yang sudah meluangkan waktu dan energi nya, dengan harapan bahwa hubungan yang terjalin justru semakin erat.  Bila perlu, setelahnya kirim bunga atau hadiah atau sekedar surat ucapan terima kasih sambil disampaikan bahwa keadaan atau hal yang dikeluhkan sudah diperbaiki.

12. Hikmah dan moment meningkatkan nilai

Apapun hasilnya, ambil hikmahnya. Seperti ungkapan di awal artikel ini bahwa "Just because nobody complains doesnt mean all parachutes are perfect"  (Hill, Benny on complaints and complaining), yang intinya, bahwa tanpa adanya komplainpun kita tetap harus terus menilai diri, karena produk maupun sistem kita belum tentu sudah sempurna. Perlu sekali untuk selalu meningkatkan nilai produk dan servis demi tercapainya sustainable excellent performance di pasar, apalagi dengan adanya komplain terhadap produk atau servis kita.  Hikmah bagi peningkatan kemajuan perusahaan, itu sudah pasti. Tapi yang juga tidak kalah penting tentunya adalah kita belajar sesuatu demi peningkatan kualitas diri kita sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bijaksana.

Demikian, asal dikelola dengan baik, komplain memang dapat menjadi menjadi bahan evaluasi internal terhadap sistem yang berlaku, dan menjadi tolok ukur kepuasan pelanggan atas produk dan servis yang kita hasilkan.


                                                                               Penulis adalah :
                                                                Praktisi di Industri Tekstil dan Semen
                                                                  Pernah menjadi GM Marketing 
                                                                dan Lecturer Marketing Relationship



Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment