Pages

Thursday 6 December 2012

SIAPA KORBAN RISIKO



 Oleh : Drs.Koeswardojo Soemonagoro MM MBA
  

Process management insurance risk flowchart vectorPerjalanan Risiko

 Risiko kelihatannya memang ditakdirkan untuk mendampingi manusia kapanpun, dimanapun dan siapapun dia tidak terlepas dari ancaman tangan-tangan risiko. Ketika manusia masih hidup di jaman purba, hidup di hutan dan gua yang becek dan gelap, mereka telah menghadapi risiko dasar yaitu ancaman kepunahan dan perasaan tidak aman (securities). Kedua risiko dasar tersebut dihadapi manusia baik secara pribadi maupun secara kelompok. Ancaman kepunahan disikapi dalam bentuk sifat mempertahankan hidup, dan kebutuhan hidup berkelompok sehingga dirasa lebih meringankan dalam menghadapi kepunahan itu sendiri. Ancaman terhadap rasa aman dan sekaligus bercampur dengan ancaman kepunahan muncul pertama-tama dalam diri sendiri berupa rasa lapar, rasa sakit, kesunyian dan sebagainya, sedangkan ancaman dari luar berupa lingkungan yang keras dan kejam seperti cuaca dingin merasuk ketulang atau panas yang menyengat, adanya binatang buas, medan yang berbukit-bukit atau jurang yang menganga.
Dalam menghadapi risiko tersebut, rupanya sang Pencipta memberikan banyak sekali anugerah misalnya bahwa secara instingtif manusia mengadakan reaksi penyelamatan. Mereka mulai belajar menghindari daerah-daerah serta situasi yang berbahaya agar dapat bertahan hidup serta mengembangkan keturunan. Kalau dibuat perbandingan, kondisi luar berupa alam yang kejam dibanding kondisi manusia yang lemah, maka kesempatan manusia untuk mempertahandan diri dan kehidupan sangatlah tidak memadai, namun ternyata ada anugerah lain yang luar biasa diberikan kepada manusia yaitu berupa kemampuan berfikir. Mereka mulai menggunakan daya pikirnya untuk secara terencana  dan lebih terarah dalam menghadapi risiko yang jumlahnya tidak menurun bahkan mungkin menjadi lebih beragam sesuai dengan usaha manusia untuk mengembangkan dirinya. Disini mulai terlihat adanya perlombaan antara usaha manusia untuk mempertahankan hidup, dan bahkan di jaman modern sekarang ini, dengan risiko yang muncul akan terjadi sepanjang waktu dengan jenis dan problematika yang semakin banyak dan kompleks.
Blaise Pascal mengamati bahwa ada kemajuan dalam perlombaan tersebut. Manusia secara sadar atau tanpa kesengajaan memperhatikan peri laku para leluhurnya, mengingatnya serta mengembangkan dan memperbaikinya agar memberikan hasil yang lebih baik. Disinilah mulai muncul embrio apa yang sekarang disebut sebagai melakukan manajemen risiko dengan baik. Awalnya manusia mulai membuat peralatan yang dapat dipergunakan untuk menghadapi binatang buas, dan juga sekaligus dapat dipakai untuk memudahkan mencari makan serta menyediakan tempat tinggal yang dirasakan perlu, seperti kapak, panah, dan kail. Selanjutnya mereka mulai membuat kelompok untuk bersama-sama mengambil langkah secara kolektif. Di samping hasilnya dirasakan lebih baik dibandingkan dengan bila mereka melakukannya secara sendiri-sendiri, juga kebutuhan interaksi antar mereka sebagai perwujudan bahwa manusia adalah makhluk sosial dapat tersalurkan.

Meskipun menghadapi tantangan yang sangat besar dalam mempertahankan hidup dan kehidupan, ternyata manusia semakin berkembang, kelompok semakin besar, kebutuhan semakin beragam, maka langkah-langkah baru juga dikembangkan. Manusia mulai melakukan pembagian tugas dan kuajiban dalam kelompok maupun antar kelompok. Hasil usaha pada hari ini tidak dihabiskan tetapi ada bagian yang di simpan untuk kebutuhan esok hari. Inisiatif baru dikembangkan dengan melakukan tukar menukar hasil usaha, maka disini mulai muncul pengertian hak milik pribadi (privat property) maupun hak milik kelompok, tabungan (saving) serta perdagangan (trading). Pertanyaannya di sini apakah manusia sudah dapat menaklukkan risiko? Ternyata tidak sesederhana itu, mungkin risiko kelaparan sudah dapat dikurangi dengan adanya penciptaan peralatan berburu sehingga hasil buruan ada yang dapat disimpun untuk konsumsi esok hari atau bahkan untuk dipertukarkan dengan barang lain dalam kelompok atau di luar kelompok, namun timbul risiko baru misalnya risiko rusaknya hasil yang disimpan, risiko kehilangan saat melakukan pengiriman barang yang dipertukarkan, ketidak tepatan waktu pengiriman barang dan sebagainya. Seiring berjalannya waktu akan ada risiko yang hilang, namun akan muncul risiko-risiko lain yang kadang-kadang tidak dapat diprediksi sebelumnya.

Risiko Bisnis

Secara evolusi tukar menukar barang antar manusia atau antar kelompok berkembang menjadi perdagangan yang lingkupnya semakin luas. Perkembangan ini ditunjang dengan adanya penemuan uang sebagai alat tukar menukar (medium of exchange) serta pemupuk kekayaan (store of wealth) sehingga semula perdagangan dilakukan secara barter menjadi menggunakan uang. Perkembangan mengenai uang ini juga mempunyai arahnya tersendiri yaitu memunculkan system pembayaran secara kredit dan konsepsi bunga (interest rate).

Pengaruh penemuan pranata hukum (legal system) memberikan kemajuan yang sangat berarti pula. Pada awalnya aturan-aturan disepakati sebagai adat istiadat, kemudian dijadikan pedoman yang dibakukan. Hammurabi (1792-1750 B.C) mengkodifikasikan peraturan-peraturan Sumerian and Akkadian kedalam satu kumpulan yang berisi suatu kerangka fungsi dasar untuk melindungi hak milik, suatu upaya untuk mengurangi risiko (Vaughan h.4).

Sejarah di dalam dunia bisnis mencatat adanya Revolusi Industri yang ditengarahi merupakan momentum tumbuhnya capitalistic market society. Vaughan mencatat beberapa cirinya sebagai rangkaian yang membentuk praktek-praktek kapitalisme meliputi hak milik perorangan (private ownership) sebagai alat produksi, motif keuntungan (profit motive) menjadi fokus utama dalam segala aktivitas bisnisnya, munculnya sifat ketamakan (the spirit of acquisitiveness) sebagai turunan (derivative) dari profit motive, sifat –sifat persaingan (competition) dalam arti positif atau negatif, serta ekonomi pasar sebagai dasar operasional dalam berbisnis.
Revolusi Industri yang dimulai dengan adanya penemuan mesin uap dan kemudian secara luas dipergunakan dalam proses produksi, pada awalnya banyak menghadapi penolakan dari masyarakat di sekitar pabrik karena sering terjadinya ledakan. Meskipun secara pelan risiko perledakan mesin uap dapat diatasi dengan peningkatan kualitasnya, namun perkembangan teknologi menghasilkan penurunan penggunaannya dan digantikan dengan listrik sebagai sumber tenaga. Listrik akhirnya juga menghadapi saingan-saingannya seperti penggunaan tenaga nuklir, meskipun sampai saat ini masih menimbulkan pro dan kontra karena cost and benefit-nya bagi manusia masih dianggap belum sepenuhnya menguntungkan. Kita masih ingat peristiwa Cernobyl di Rusia tahun 1987 yang menimbulkan banyak korban jiwa akibat terkena radiasi. Juga terjadinya tsunami di Jepang beberapa waktu yang lalu dan memporak porandakan Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di daerah pantai serta memunculkan radiasi sampai radius yang sangat jauh, baik di darat maupun di laut.

Setelah kita melihat beberapa jenis risiko yang ada, yang baru atau yang lama, maka kita akan sampai kepada pertanyaan apa itu risiko? Untuk mencapai satu pengertian yang dapat diterima oleh samua pihak ternyata sampai sekarang belum berhasil. Satiap akhli, setiap disiplin ilmu, setiap bidang kegiatan mempunyai pengertian atau  definisi risiko yang berbeda. Meskipun begitu banyak pengertian, persepsi atau definisi yang mungkin juga memuat hal-hal yang kontradiktif, ternyata mempunyai unsur yang selalu ada, yaitu situasi yang tidak menentu (indeterminacy) serta kerugian atau kehilangan (loss). Bila meminjam istilah Vaughan, maka pertama the outcome must be in question, artinya dikatakan ada risiko apabila paling sedikit ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu bisa menderita kerugian namun juga bisa tidak terjadi kerugian. Kalau sesuatu hal dinilai  pasti terjadi, itu namanya bukan risiko. Persyaratan yang kedua adalah at least one of the outcome is undesirable, dimana hal ini dapat berupa kerugian, kerusakan atau  keuntungan yang lebih kecil dibandingkan dengan harapan sebelumnya. Ambillah contoh bila kita membeli barang seharga Rp 1 juta, dan di dalam sebuah pertemuan amal kita hanya akan menjual dengan harga Rp 800.000,- maka selisih Rp 200.000,- tersebut bukanlah risiko karena itu suatu kepastian sebagai konsekuensi bahwa kita hanya akan menjualnya dengan harga Rp 800.000,-. Contoh lain yang ekstrim dapat dikemukakan sebagai berikut: dalam suatu ‘permainan’ yang dinamakan Rolet Rusia, sebuah revolver yang berkapasitas 6 peluru, maka bila diisi 1 peluru dan setelah silinder pelurunya diputar kemudian revolver diarahkan kekepala untuk ditarik pelatuknya, maka disini ada risiko kematian karena peluru akan meledak apabila letak peluru persis dilubang pelatuk; derajat besarnya risiko adalah 1/6 atau sekitar 16.7%. Namun apabila silinder diisi seluruhnya 6 peluru, maka kematian bukan lagi risiko, itu sudah merupakan kepastian karena satu peluru pasti berada di lubang pelatuk.

Klasifikasi Risiko

Dunia bisnis sangat berkaitan dan memerlukan investasi yang berbentuk assets,  dengan pengharapan agar memperoleh keuntungan. Harapan ini ternyata tidak selamanya membuahkan hasil seperti yang diinginkan, hal ini karena semua langkah mengandung risiko. Seorang investor akan menghadapi risiko sebagai entrepreneur. Dari pengalaman selama berabat abat, akhirnya risiko-risiko yang mungkin dihadapi dapat dibedakan kedalam beberapa kelompok, antara lain sebagai berikut:

Pertama, Risiko Finansial dan Non Finansial, yaitu pengelompokan berdasarkan atas risiko yang timbul akan secara langsung mengakibatkan terjadinya kerugian yang dapat dinilai dengan uang atau tidak.
a.       Risiko Finansial: Bila disebuah pabrik ada  mesin yang rusak, maka akan berakibat terhentinya proses produksi, yang berarti akan langsung berpotensi terjadi kerugian/menurunkan laba. Ini merupakan risiko financial.
b.      Risiko Non Finansial:Tsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu, disamping menimbulkan kerugian uang, juga menimbulkan kerugian non financial akibat terganggunya keseimbangan lingkungan dengan mati atau rusaknya flora dan fauna yang tidak dapat kita nilai dengan uang seberapa besarnya kerugian yang diderita.

Kedua, Risiko Dinamis dan Risiko Statis (Dynamic Risks and Static Risks), pengelompokan berdasarkan sumber risiko serta luasnya dampak yang ditimbulkan. 
a.       Risiko Dinamis, kadang-kadang disebut juga sebagai Fundamental Risks: adalah risiko yang dirasakan dalam jangka panjang dan sumbernya dapat dibedakan kedalam:
a)      Faktor eksternal, munculnya situasi yang  tidak dapat dikontrol oleh  manajemen perusahaan, seperti inflasi, keadaan perekonomian global, munculnya kompetitor baru, perubahan selera konsumen dan sebagainya. Situasi demikian memungkinkan timbulnya risiko yang akan dialami oleh banyak pihak.
b)      Faktor internal, dimana risiko berbasis pada hal-hal yang sifatnya spekulatif, bila langkah yang diambil gagal akan berakibat luas terhadap perusahaan, misalnya pengaturan rasio hutang, program marketing serta pricing policy-nya. Jika outcome-nya tidak sesuai dengan scenario, maka akan menimbulkan kerugian yang siknifikan.
b.      Risiko Statis, juga disebut sebagai Particular Risks. : merupakan risiko kerugian yang terjadi terbatas pada lingkup subjeknya saja, misalnya kebakaran gedungnya, penggantian manajemen yang dinilai kurang professional atau kondisi keuangannya yang menurun, dampaknya hanya dirasakan oleh perusahaan yang bersangkutan, dan tidak dirasakan di tempat lain.

Ketiga, Risiko Spekulatif dan Risiko Murni (Pure and Speculative Risks):
a.       Risiko Spekulatif , yaitu bila situasinya memungkinkan untuk menderita kerugian atau justru mendapatkan keuntungan. Contoh yang sederhana bila kita melakukan jual beli valuta asing; karena perubahan kurs terjadi sewaktu waktu dan sulit untuk diprediksi, maka kemungkinan kerugian ataupun justru mendapatkan keuntungan disa terjadi disetiap saat.
b.      Risiko Murni mempunyai ciri rugi atau tidak rugi (bukan untung). Seorang pengendara mobil akan menderita kerugian bila terjadi kecelakaan, namun kalau lancar-lancar saja, maka berarti tidak ada kerugian ----- namun bukan berarti mendapat keuntungan.

Ternyata korban dari risiko tidak saja dialami oleh manusia, namun juga dialami oleh organisasi baik yang bermotif mencari laba maupun yang nir-laba, terjadi kapan saja, dimana saja, 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu dan 365 hari dalam setahun.






Penulis adalah :
Dosen di Indonesia Banking School Jakarta
                                              Mantan Direktur Bank Bumi Daya.`       









Bacaan: Vaughan, Emmen: Risk Management, 1997

Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment