Obligasi atau juga dikenal sebagai bond, adalah
merupakan surat
hutang yang ditujukan kepada masyarakat oleh penerbit yaitu perusahaan atau
pemerintah dan berjangka waktu panjang. Obligasi mempunyai nilai sehingga dapat
diperdagangkan.
Nilai awal saat diterbitkan disebut nilai pari atau face
value (FV);pelunasan FV ini akan dilakukan oleh penerbit obligasi pada saat
jatuh temponya, artinya selama jangka waktu masa obligasi tersebut tidak ada
cicilan pokok hutang. Bunga yang ditawarkan penerbit obligasi dan dikenal
sebagai kupon (coupon rate) dibayarkan setiap periode tertentu, misalnya
setiap tahun (annually) atau setiap 6 bulan (semi annually). Pada
umumnya coupon bersifat fixed, yaitu tidak berubah selama jangka
waktu obligasi. Secara sederhana sebuah obligasi dapat digambarkan (feature
of a bond) sebagai berikut:
Nilai pari (Face Value, FV) Rp 10.000.000,-
Jangka waktu 5 tahun
Kupon (coupon rate) 8% p.a
Artinya penerbit obligasi pinjam uang dari pembeli obligasi
sebesar Rp 10 juta.
Bunga akan dibayarkan setahun sekali sebesar 8% x Rp10 juta
= Rp800.000,- per th.
Pada saat jatuh tempo, yaitu 5 tahun sejak penerbitan, pembeli
obligasi akan menerima pelunasan sebesar pokok + bunga tahun terakhir yaitu Rp
10 juta + Rp 800.000 = Rp 10.800.000,-
Pada waktu penerbit mengeluarkan surat hutang (obligasi) dan menjualnya ke
publik disebut sebagai pasar perdana (initial public offering, IPO).
Karena sifatnya pembayaran pokok hanya dilakukan saat berakhirnya masa obligasi
serta jangka waktunya panjang, maka pembeli/pemegang obligasi bila ingin
mengakhiri kepemilikannya dapat menjualnya ke pasar, dan pasar ini disebut
sebagai pasar sekunder (secondary market). Berapa harga jualnya akan
tergantung pada kondisi bunga yang ada di pasar. Nilai obligasi sebetulnya
mencerminkan penjumlahan present value dari kupon + present value dari
pokok atau FV. Mari kita lihat penjabaran contoh di atas:
1
1-
------------
(1+r)t FV
Harga Bond
= C x [--------------------] +
-----------
r (1+r)t
C = nilai kupon dalam Rp, tidak berubah
sepanjang waktu obligasi: 8% x Rp10 juta = Rp800.000,-
r = suku bunga yang dikehendaki pasar/ suku bunga pasar
t = jangka waktu sampai obligasi jatuh tempo
FV = Face Value atau nilai pari atau hutang pokok.
1
1- (------------)
(1+r)t
C x [--------------------] ------ adalah Present Value (PV) dari
kupon, sedangkan
r
FV
--------------- ---------
adalah PV dari pokok / Face Value
( 1 + r) t
Mari kita lihat beberapa skenario sebagai berikut:
- Pada saat perusahaan melakukan IPO, kondisi bunga di pasar adalah 8% p.a. maka dengan harga berapa obligasi tersebut dapat diserap pasar?
1
1-
------------
(1+r)t FV
Harga Bond
= C x [--------------------] +
-----------
r (1+r)t
1
1- ------------
(1,08)5 10.000.000
= 800.000 x [--------------------] + ---------------
0.08 (1,08)5
= 3.194.168,02 + 6.805.831,98 = Rp 10.000.000,-
Disini kupon obligasi besarnya = bunga pasar, maka orang akan
bersedia membeli obligasi tersebut dengan harga pari, yaitu Rp 10.000.000,-
- Pada awal tahun kedua, bunga pasar naik menjadi 9% p.a. Berapakah harga obligasi pada saat itu?
1
1- ------------
(1,09)4 10.000.000
Harga bond = 800.000 x [--------------------] +
---------------
0.09 (1,09)4
= 2.591.775,90 +
7.084.252,11 = Rp 9.676.028,01
Ternyata harga obligasi tersebut turun menjadi Rp 9.676.028,01
karena bunga pasar naik dari 8% menjadi 9%. Logikanya adalah calon pembeli
berkeberatan membayar harga sebesar Rp 10 juta karena dia hanya akan menerima
kupon 8% p.a. sedang bila dia masuk kepasar, katakanlah membeli deposito, akan
mendapatkan bunga 9% p.a. Oleh karena itu dia bersedia untuk membeli obligasi
tersebut bila harganya turun menjadi Rp 9.676.028,01 yaitu turun sebesar
Rp323.971,99 atau 3,24%.
Harga obligasi di bawah harga pari, disebut sebagai discount
bond.
- Bila pada awal tahun ke-2 bunga pasar turun 1% menjadi 7% p.a. maka harga obligasinya menjadi
1
1- ------------
(1,07)4 10.000.000
Harga bond = 800.000 x [--------------------] +
---------------
0.07 (1,07)4
= 2.709.769,01 + 7.628.952,12 = Rp 10.338.721,13
Harga obligasi akan naik sebesar Rp 338.721,13 atau 3.38%
menjadi Rp 10.338.721,13.
Harga obligasi di atas harga pari, disebut sebagai premium
bond.
Perhatikan di sini nilai kupon (C) tidak berubah meskipun
bunga pasar berubah, dan bunga pasar akan merubah nilai r di dalam persamaan
harga bond tersebut.
- Sekarang kita lihat apabila bond dengan feature tersebut diatas namun jangka waktunya bukan 5 tahun tetapi 13 tahun. Bila suku bunga pasar naik dengan satu % menjadi 9% p.a pada awal tahun kedua, maka perubahan harganya akan menjadi:
1
1- ------------
(1,09)12 10.000.000
Harga bond = 800.000 x [--------------------] +
---------------
0.09 (1,09)12
= 5.728.580,22 + 3.555.347,25 = Rp 9.283.927,47
Harga opbigasi turun sebesar Rp 716.072,53 atau 7.16%.
Kalau kita perbandingkan skenario 2 dan scenario 4, kondisi
pasar sebetulnya sama yaitu suku bunga naik dengan 1%, namun penurunan harga
obligasi skenario 4 jauh lebih besar, yaitu 7,16% dibanding 3,24%. Hal ini terjadi
karena jangka waktu obligasi skenario 4 adalah 13 tahun sedangkan skenario 2
hanya 5 tahun. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa, semakin panjang jangka
waktu obligasi akan semakin besar risiko yang dihadapi pembeli obligasi dengan
bunga tetap. Penurunan harga tersebut sifatnya diminishing yaitu turun
dengan kecepatan yang semakin kengecil.
Kesimpulan:
Untuk sekuritas dengan bunga tetap, maka:
1. Bila suku bunga pasar naik, maka nilai
sekuritas menurun, dan sebaliknya bila suku bunga turun maka nilai sekuritas
meningkat.
2.
Semakin panjang jangka waktu obligasi, maka penurunan nilai sekuritas semakin
besar bila suku bunga meningkat.
3. Penurunan harga yang terjadi dengan kecepatan yang menurun / diminishing.
Drs Koeswardojo Soemonagoro, MM. MBA
Dosen di Indonesia Banking School Jakarta
Mantan Direktur Bank Bumi Daya
0 comments:
Post a Comment