Oleh : Arief Widyarto, GradDipBuss. MBA
Ini adalah bagian dari tulisan bagaimana suatu perusahaan bisa survive dalam menghadapi CAFTA.
Pada bagian yang lalu, kita kupas suatu kesatuan strategi untuk menaikan value bagi pelanggan yang disingkat MAS ARIEF, atau yang secara ringkasnya, dapat diuraikan dalam beberapa point seperti :
1. Momentum -Capture the right moment, right now.
2. Attitude – Spreading the right attitude
3. Super Planning - No ordinary Program
4. Absorb new Skills – it's all about the man behind the gun
5. Redesign – be creative, be innovative
6. Improve the Services – Service is the name of the game !
7. Enlarge the Network – My enemies are also my good friends
8. Full Evaluation – always Check and re-Chek.
(Setelah
membaca tulisan pertama saya, dan melihat point-point dalam strategi
diatas, seorang kawan berkomentar bahwa ini adalah strategi Narsis. Tapi
pada intinya bahwa point-point diatas sebenarnya adalah point-point
tindakan umum dalam management suatu perusahaan. Yang saya lakukan
adalah meramu tindakan-tindakan tersebut menjadi satu paket kesatuan
yang saling berhubungan, dan menjadi prioritas utama yang harus
dilakukan saat menghadapi krisis (dalam hal ini antisipasi krisis akibat
CAFTA). Mengenai singkatan MAS ARIEF, hanya bertujuan demi memudahkan
saya untuk mengingatnya...).
Pada Tulisan lalu, kita sudah mencapai point ke-tiga, yaitu Super Planning. Oleh karena itu, saat ini akan dilanjutkan dengan point ke 4 dan seterusnya, yaitu :
Absorb new Skills – it's all about the man behind the gun
" If you train hard, you'll not only be hard, you'll be hard to beat." -Herschel Walker
Banyak
perusahaan disaat sulit, justru mengurangi anggaran pelatihannya,
dengan alasan efisiensi. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan tersebut
masih beranggapan bahwa pelatihan merupakan cost, beban, bukan sebagai
investasi menuju kemajuan. Idealnya, pelatihan memang harus selalu
diberikan, sesuai dengan perkembangan dunia bisnis dan tehnologi yang
semakin cepat.
Investasi
dalam pelatihan mungkin saja besar, apalagi bila dilakukan diluar
perusahaan (baik penyelenggara maupun lokasi), namun dapat saja
pelatihan diluar perusahaan terjangkau oleh anggaran perusahaan yang
minim. Sebenarnya, pelatihan dengan investasi yang rendah dapat di
selenggarakan, dengan hasil yang maksimum. Untuk itu, yang paling utama
adalah beberapa hal sebagai berikut :
1. Semangat
Keinginan/kesadaran
dari segenap lapisan human resources bahwa peningkatan skill itu
penting bagi kemajuan pribadi maupun perusahaan. Sering terjadi, bahwa
para top management merasa terpaksa dalam memberikan pelatihan
/menyetujui program pelatihan kepada para karyawannya. Walhasil,
pelatihan yang diberikan tidak tepat sasaran. Demikian pula sikap
karyawan yang sering merasa tidak membutuhkan pelatihan lebih lanjut,
karena merasa sudah mahir, akan dapat mengganggu efektifitas pelaksanaan
maupun hasil pelatihan.
2. Relevansi
Diprioritaskan pada Topik yang relevan dengan pekerjaan masing-masing dan dapat membuka cakrawala, wawasan, serta meningkatkan kemampuan pekerja. Pada beberapa kasus, sering pula terjadi, bahwa pemilihan topik pelatihan, tidak sesuai dengan prioritas kebutuhan para karyawan. Sehingga, walau pelatihan diikuti dengan baik, dampak positif bagi kemajuan perusahaan tidak begitu terasa.
3. Kesinambungan
Kelemahan
lain adalah bahwa pelatihan seringkali diberikan hanya satukali, tidak
berkesinambungan. Sehingga kemajuan dari peserta latihan sulit untuk
diukur. Training jadi dianggap tidak efektif, karena para karyawannya
tidak mengalami perubahan atau kemajuan yang significant.
" That human mind is like a parachute, it functions better when it is open " Cole's Rules
Lalu, untuk perusahaan dengan dana terbatas, bagaimana agar bisa melaksanakan pelatihan yang dapat bermanfaat ? Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan :
* Kerjasama dengan supplier
Banyak supplier produk atau sparepart yang dengan senang hati ingin membagi informasi dan “mendidik” customernya agar mengerti tentang karakteristik dan keunggulan produk-produknya. Dalam hal ini, perusahaan dapat menyelenggarakan beberapa seminar kecil, dan mengundang beberapa supplier untuk menjadi pembicara. Umumnya, para supplier ini selalu ter-update dengan informasi dan pengetahuan baru seputar produknya.
* Kerjasama dengan sponsor
Seperti kerjasama dengan supplier, perusahaan bisa bekerjasama dengan para sponsor atau perusahaan yang biasa mendukung aktivitas perusahaan kita, seperti perusahaan minuman ringan, makanan kecil, kosmetik dll. Pada acara pelatihan, disamping mereka menyumbang perlengkapan berlogo perusahaan mereka, bisa juga diberi kesempatan untuk membuka stand kecil untuk menjual produknya di area pelatihan.
Seperti kerjasama dengan supplier, perusahaan bisa bekerjasama dengan para sponsor atau perusahaan yang biasa mendukung aktivitas perusahaan kita, seperti perusahaan minuman ringan, makanan kecil, kosmetik dll. Pada acara pelatihan, disamping mereka menyumbang perlengkapan berlogo perusahaan mereka, bisa juga diberi kesempatan untuk membuka stand kecil untuk menjual produknya di area pelatihan.
* Kerjasama dengan instansi tertentu
Saat ini banyak pula instansi pemerintah yang bersedia membagi informasi dan pengetahuan tentang suatu masalah. Contoh adalah informasi yang mendetail tentang pajak, bisa menghubungi direktorat pajak.
* Kerjasama dengan universitas/lembaga pendidikan
Universitas/lembaga pendidikan, saat ini sering ingin membekali siswanya dengan pengalaman kerja/ praktek lapang. Perusahaan dapat menerima siswa untuk praktek lapang di lokasi perusahaan, namun sebagai timbal baliknya, perusahaan dapat meminta dosen-dosen dari universitas tersebut untuk memberikan pelatihan/ seminar bagi para karyawan perusahaan dengan topik yang sesuai kebutuhan perusahaan.
Universitas/lembaga pendidikan, saat ini sering ingin membekali siswanya dengan pengalaman kerja/ praktek lapang. Perusahaan dapat menerima siswa untuk praktek lapang di lokasi perusahaan, namun sebagai timbal baliknya, perusahaan dapat meminta dosen-dosen dari universitas tersebut untuk memberikan pelatihan/ seminar bagi para karyawan perusahaan dengan topik yang sesuai kebutuhan perusahaan.
* Manfaatkan tenaga ahli dari kompetitor
Suka atau tidak suka, cara ini banyak sekali dilakukan. Perusahaan mengundang tenaga ahli, teknisi atau para karyawan dari perusahaan kompetitor secara informal, untuk memberi informasi atau menambah wawasan, dan membantu memecahkan masalah yang ada didalam perusahaan pengundang.
Cara-cara diatas, adalah cara pelatihan yang bekerja sama dengan pihak ketiga. Biasanya, biaya yang dikeluarkan tidaklah besar. Bisa terbatas hanya pada pemberian uang saku pada pengajar saja. Yang terpenting adalah bahwa, usahakan tidak ada ikatan formal atau kewajiban yang harus dipenuhi yang dapat merugikan kedua belah pihak. Selain bekerja sama dengan pihak ketiga, beberapa cara lain dapat dilakukan secara mandiri pula, seperti Sharing sesama karyawan maupun dengan pimpinan, Manfaatkan pelatihan jarak jauh, manfaatkan pelatihan melalui internet, Sediakan (distribusikan) jurnal-jurnal atau artikel terbaru dengan topik-topik pilihan dan lain-lain.
Lalu, skill apa yang dibutuhkan ? Tentu saja bervariasi, sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Sebagai contoh, Ada daerah di jatim yang bupatinya mewajibkan penduduknya untuk menguasai bahasa mandarin. Sehingga, seluruh lembaga pendidikan wajib mengajarkan bahasa mandarin kepada siswa-siswanya.
Cara atau metode dan pelaksanaan pelatihan yang ekonomis, tentu saja sangat bervariasi. Tidak terbatas hanya pada cara-cara seperti yang digambarkan diatas. Semuanya tergantung pada semangat, kreativitas para personil dan tujuan yang akan diraih dari perusahaan.
Sebagai gambaran akan pentingnya pelatihan bagi para karyawan, dan ini sudah disadari pula oleh para CEO kelas dunia, terlihat dari hasil survei yang dibuat oleh Pricewater house Coppers seperti yang dimuat diharian Media Indonesia 5 Februari 2010 dalam artikel “CEO Dunia Pilih Asia” . Hasil dari survei menyatakan antara lain bahwa sebagian besar CEO Asia Pasific (75%) memandang kepemimpinan dan pengembangan bakat sebagai kunci pertumbuhan perusahaan sepanjang tahun ini. Dalam hal ini, para karyawan akan mendapatkan perhatian khusus, walau para CEO tetap menekankan pada penghematan biaya. Banyak pula diantara mereka yang mengatakan bahwa mereka akan merubah program pelatihan dan pengembangan karyawan agar siap menyongsong kebangkitan ekonomi yang akan terjadi.
.
Penulis adalah :
Praktisi pada Industri Tekstil dan semen
0 comments:
Post a Comment