" The Momentum, Attitude & Super Planning !"
Oleh : Arief Widyarto GradDipBuss.MBA
Oleh : Arief Widyarto GradDipBuss.MBA
-
Ini Adalah Tulisan tentang bagaimana suatu perusahaan bisa beradaptasi dengan dinamika perubahan yang terjadi, terutama ekspansi pasar China ke dalam negeri kita (CAFTA)
Ini Adalah Tulisan tentang bagaimana suatu perusahaan bisa beradaptasi dengan dinamika perubahan yang terjadi, terutama ekspansi pasar China ke dalam negeri kita (CAFTA)
“.....If you don't like something, change it; if you can't change it, change the way you think about it......” ~Mary Engelbreit
Sejak
CAFTA ditandatangani di tahun 2004 lalu, Cina memang sudah
mempersiapkan diri dengan baik melalui aneka kebijakannya, seperti
pemberian insentif pajak, mengontrol bunga kredit rendah, perbaikan
infrastruktur dan lain-lainnya. Apalagi, pada dasarnya, Cina saat ini
merupakan salah satu kekuatan ekonomi paling tangguh di dunia dengan
pertumbuhan ekonominya diatas 8 persen dari tahun ke tahun. Umumnya
Produk-produk yang dihasilkan Cina memiliki beberapa faktor yang dapat
membuatnya diterima oleh konsumen di Indonesia. Diantaranya adalah
faktor harga jual yang relatif lebih murah, kuantitas dan variasi produk
yang banyak dan beragam, fungsional (dalam arti berfungsi/dapat
digunakan seperti produk sejenis dari Eropa yang ber harga jauh lebih
mahal), dan beberapa jenis produk juga sudah dikembangkan dari jenis
aslinya (memiliki keunikan).
Serangkaian
barier tentu saja masih harus dihadapi oleh para pengusaha China dalam
mengembangkan produknya di Indonesia. Salah satu kendala yang dihadapi
oleh sebagian dari mereka, dalam jangka pendek, adalah faktor kedatangan
barang/ shipment (delivery). Ini masih merupakan salah satu faktor
penghambat bahwa industri kita tidak mati seketika. Namun demikian,
pelan tapi pasti pabrik-pabrik di Cina akan mulai memindahkan lokasi
usahanya di wilayah Asean seperti Vietnam dan Kamboja, bahkan ke
Indonesia sendiri, mengingat bahwa biaya-biaya (terutama labour cost)
lebih rendah. Bila hal tersebut terjadi, faktor delivery bukan lagi
menjadi kendala bagi mereka. Saat itulah, industri kita akan mati,
secara pasti.
Melihat
beberapa fakta diatas, pantas saja industri-industri di negeri yang
masih carut marut ini mulai mengkerut nyalinya. Apalagi, pemerintah
terkesan lamban dan tidak maksimal dalam memperjuangkan perlindungan
bagi industri dalam negeri. Suku bunga pinjaman kita masih belum
bersahabat dengan para pengusaha. Sumber daya listrik yang masih terus
bermasalah, termasuk kesiapan sumber daya manusia yang belum juga
terlatih dan jaringan infrastruktur seperti jalan dan jembatan yang
masih parah.
Dari
beberapa media masa kita mengetahui bahwa memang pemerintah bukannya
tidak bergerak sama sekali. Beberapa kebijakan Makro sedang dicoba untuk
dijalankan, seperti negoisasi penundaan pelaksanaan FTA terhadap
beberapa produk, mengevaluasi kembali Standar Nasional Indonesia,
mengefektifkan fungsi komite anti dumping, melarang expor bahan baku
mentah, sampai kampanye penggunaan produk dalam negeri.
Terlepas dari kebijakan Pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri, pengusaha
harus mencari solusi sendiri secara internal perusahaan, untuk bisa
bertahan dan justru berkembang dalam kondisi sulit ini. Tulisan ini
bermaksud untuk mengupas upaya yang dapat dilakukan sendiri oleh suatu
perusahaan, tanpa harus berpangku tangan menunggu keberhasilan
langkah-langkah pemerintah.
1. Momentum - Capture the right moment, right now.
2. Attitude – Spreading the right attitude
3. Super Planning
4. Absorb new Skills – it's all about the man behind the gun
5. Redesign – be creative, be innovative
5. Redesign – be creative, be innovative
6. Improve the Services – Service is the name of the game !
7. Enlarge the Network – My enemies are also my good friends
8. Full Evaluation – Always Check and re-Chek.
Berikut adalah penjabaran ringkas atas point-point yang telah disebutkan diatas :
1. Momentum
“...To Improve the golden moment of opportunity, and catch the good that is within our reach, is the great art of life.........” (Samuel Johnson).
Anda
pernah merasa berada pada situasi yang tepat, waktu yang tepat,
resources yang juga tepat dan anda melakukan suatu action/tindakan yang
sesuai dengan ketepatan-ketepatan tadi ? Bila ya, benefit dari hasil
yang anda dapat, pasti luar biasa besarnya. Sebaliknya, bila action
tidak dilakukan, anda akan merasa mengalami suatu kehilangan yang besar
sesudahnya, walaupun bentuknya baru merupakan “opportunity lost”. Untuk
mengulangi situasi yang tepat dikombinasikan dengan waktu serta
resources yang sama tepatnya dengan kejadian pertama, terbilang
mustahil. Untuk itu, jangan pernah kita kehilangan “saat yang tepat”
atau yang biasa disebut momentum. Karena, suatu momentum yang sama,
sulit untuk bisa terulang lagi.
Pada
kasus perdagangan bebas ini, Agreement sudah ditandatangani sejak 2004
lalu. Tapi, baik pemerintah Indonesia maupun para pelaku usaha sendiri
seperti tak melakukan langkah-langkah antisipatif yang memadai. Saat ini
beberapa upaya negosiasi sedang ditempuh kembali. Hasilnya, bisa
dibayangkan tidak akan maksimal. Saat ini baik Pemerintah, maupun dunia
usaha di tanah air sudah kehilangan momentum untuk bisa mempersiapkan
diri dengan sebaik-baiknya, dan meraih keuntungan yang sebesar-besarnya
dari pasar bebas ini. Momentum terbaik untuk melakukan action justru
adalah sejak penandatanganan agreement tersebut. Memang serangkaian
deregulasi untuk memperkuat perekonomian dan mengembangkan dunia usaha,
secara bertahap terus dilakukan. Tetapi, kebijakan dan langkah spesifik
dalam menghadapi event ini justru terbilang lemah.
Namun
demikian, tanpa harus menunggu momentum yang sama datang kembali, dunia
usaha, atau lebih spesifik lagi perusahaan-perusahaan didalamnya, bisa
mulai bergerak lebih cepat, dan menemukan momentum-momentum lain yang
masih relevan dengan keadaan saat ini, dan menjadikannya dasar untuk
bertindak mencapai hasil yang optimal. Kunci dalam mendapatkan hasil
terbaik dari pemanfaatan suatu momentum adalah lakukan SEKARANG, lakukan
dengan CEPAT tapi tetap dengan HATI-HATI dan TERENCANA
“ ….When you have a lemon, make a lemonade....”(Julius Rosenwald)
Bila
suatu momentum sudah ditemukan, kita ambil contoh salah seorang kawan
penulis yang merupakan pengusaha sparepart kendaraan bermotor berbahan
dasar karet, yang merasa bahwa momentum yang digunakannya adalah justru
kesediaan dari para pengusaha Cina untuk berinvestasi di negeri ini,
melalui pernyataan beberapa pejabat Cina yang dikutip oleh media-media
cetak, bahwa Pengusaha Cina banyak yang akan memindahkan pabriknya ke
Indonesia. Sang kawan ini, justru mulai dengan segera mencari informasi
dan menganalisa spesifikasi produk sejenis dari Cina, memastikan standar
dan kondisi kerja yang sama dengan perusahaan-perusahaan Cina itu, dan
kemudian akan meng kontak mereka. Apa yang akan dilakukannya ? Ternyata,
justru sang kawan ini menawarkan para perusahaan Cina itu, untuk meng
Investasikan mesin/peralatan dan tenaga ahlinya pada pabrik kawan ini.
Kasarnya, ini merupakan peluang kerjasama yang tak boleh dilewatkan oleh
sang kawan. Keuntungan akan diraih oleh kedua belah pihak, yaitu, untuk
pihak Cina, mereka tidak perlu lagi memulai dari awal (scratch) karena
sudah ada pabrik di Indonesia dengan standar yang mirip. Karena baik
mesin-mesin standar maupun bangunan sudah disediakan oleh si pengusaha
Indonesia, maka mereka hanya perlu menginvestasikan beberapa mesin
tambahan saja, untuk meningkatkan output dan atau kualitas, sehingga
akan lebih menghemat biaya investasi. Keuntungan lain adalah bahwa
mereka tidak perlu terlalu pusing lagi dengan birokrasi maupun kultur
masyarakat Indonesia. Karena semua ditangani oleh partner Indonesianya.
Untuk sang kawan dari Indonesia, tentu saja serangkaian benefit juga
akan diperoleh. Diantaranya, memperoleh kesempatan penambahan modal,
kesempatan memperbesar dan memperluas usahanya dan menghindari
pertentangan langsung dalam kompetisi melawan produk Cina yang dapat
saja akan membuang waktu dan biaya yang besar.
“.....Two men look out through the same bars; One sees the mud, and one the stars.......”
(Frederick Langbridge)
(Frederick Langbridge)
Memang
untuk dapat memilih suatu moment yang dianggap tepat untuk mulai
melangkah, tidak saja memerlukan naluri yang tinggi, tapi juga
kecermatan dan perhitungan tersendiri. Karena, persepsi atau sudut
pandang pelaku usaha yang sering berlawanan dalam menilai suatu
peristiwa yang sama. Dalam contoh diatas, pengusaha sparepart itu
memilih untuk bergerak sesuai dengan derasnya arus, dan memanfaatkan
dahsyatnya dorongan arus tersebut untuk justru melompat jauh kedepan.
Sementara, banyak pula pelaku usaha lain yang hanya dapat mengeluh dan
akhirnya langsung atau tidak langsung membiarkan diri mereka
ditenggelamkan dan dihancurkan oleh derasnya gelombang yang menghantam.
Setelah
momentum didapat, saatnya untuk bebenah dan merapikan langkah, yaitu
memperhatikan niat, keyakinan dan kebersamaan dari seluruh human
resource di perusahaan, atau yang disebut Attitude (Spreading The Right
Attitude).
2. Attitude
“ ….You are never defeated as long as you don't think the job is impossible....”(Dale Carnegie).
Adalah
mutlak untuk memiliki kesamaan sikap yang positif dari seluruh personil
yang ada di perusahaan di segala lapisan/hirarki dalam menghadapi
permasalahan yang ada. Kesamaan persepsi bahwa “mahluk” yang bernama FTA
ini adalah mahluk ganas yang justru akan memberi peluang emas bagi
perusahaan. Selain itu, seluruh personil harus memiliki optimisme bahwa
peluang yang ada itu, dengan kerja keras, benar-benar akan menghasilkan
emas yang berlimpah bagi kesejahteraan bersama. Sehingga, kunci dari
Attitude ini adalah sikap Kebersamaan, Persepsi Positif (Opportunity not
threat), Optimisme akan keberhasilan.
Benefit
dari right attitude ini, adalah kecenderungan untuk lebih mudah bagi
management dalam mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini karena
seluruh SDM yang ada akan mendukung dan aktif bekerjasama dalam upaya
pencapaiannya.
"Float like a butterfly.
Sting like a bee.
Your hands can't hit
What your eyes can't see."..........
- Muhammad Ali
Sting like a bee.
Your hands can't hit
What your eyes can't see."..........
- Muhammad Ali
- Komunikasi dengan data dan fakta – kondisi saat ini dan rencana penyelamatan.
- Ciptakan rasa se nasib dan seperjuangan
- Pastikan adanya interaksi dan partisipasi aktif dari seluruh lapisan, sejak penyusunan program.
- Ingatkan selalu.
Biasanya
ada saja personil yang tetap bersikap pesimis, dan resist atas
perubahan atau rencana yang akan dilakukan. Dalam hal ini, lakukan
langkah persuasif. Baik melalui orang-orang yang sudah lebih dulu bisa
menyadari perlunya Right attitude, ataupun dilakukan langsung oleh pihak
management sendiri. Apabila pendekatan persuasif tidak membuahkan
hasil, yang artinya komunikasi dalam Pembinaan pihak-pihak yang
resistant sudah buntu, maka jalan yang diambil selanjutnya haruslah
Pembinasaan. Langkah ini perlu diambil, agar perusahaan tidak harus
mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi dalam bentuk kegagalan
pelaksanaan program/pencapaian target, akibat dikacaukan oleh segelintir
personil tersebut.
“…It's dead easy to die It's the keeping-on-living that's hard...” (Robert W Service)
Right
attitude ini, walau kebanyakan masih berupa tahap “semangat untuk
berubah, keinginan untuk menang, dan keinginan peningkatan
kesejahteraan” dll, tentu saja harus didukung dengan perencanaan atau
program yang jelas dan “achievable”. Untuk itu dibutuhkan suatu
perencanaan yang tidak saja matang, tapi juga berkualitas Super !.
- Super Planning - No ordinary Program !“…...He who fails to plan, plans to fail......”(Anonymous)
Saat
Semangat saja tidak lagi cukup untuk menang, maka dibutuhkan suatu
planning yang benar-benar hebat yang bisa menjadi acuan, dan pegangan
untuk pencapaian tujuan dengan efektif. Untuk itu, sebut saja dengan
istilah Super Planning. Bagaimana ciri-ciri dari Super Planning ini :
- Selalu didasari oleh kesadaran akan aspek-aspek Strength, weakness dari perusahaan.
- Tidak terlalu umum, yang dapat menimbulkan missinterpretasi, namun tidak terlalu detil sehingga menjadi tidak fleksibel.
- Fokus pada tujuan yang sudah ditetapkan
- Achievable, rasional, mudah dimengerti dan memacu motifasi.
- Didukung dengan data-data dan fakta yang valid
- Selalu di komunikasikan dengan terbuka dan interaktif.
- evaluasi, pastikan terjadi continous improvement.
- Update secara berkala
Bagaimana
manfaat dari super planning bagi sebuah usaha ? Anne Ahira, dalam
tulisannya berjudul “sukses berawal dari bisnis plan” di blognya http://www.anneahira.com/karir/bisnis-plan.htm berpendapat bahwa manfaat business plan yang baik adalah sebagai berikut :
- Fungsi dari perencanaan yang disusun secara sistematis dapat menjadi sarana komunikasi bagi semua pihak penyelenggara perusahaan.
- Perencanaan bisa menjadi dasar pengaturan alokasi sumberdaya.
- Sebagai alat pendorong bagi pelaku bisnis untuk melihat ke depan dan menyadari betapa pentingnya variabel waktu.
- Menjadi pegangan dan tolok ukur fungsi pengendalian.
Masih
menurut Anne, Seringkali bisnis dikelola dengan hanya bermodal
semangat. Banyak orang yang ingin segera mempunyai usaha tanpa mau
membuat bisnis plan. Padahal tidak sedikit para pebisnis yang masih
gagal walaupun telah melakukan planning dengan baik.
Dari pengalaman penulis, yang juga harus diperhatikan adalah bahwa,
1.
Sehebat-hebatnya planning yang dibuat, sehebat-hebatnya action yang
dilakukan, sering terjadi beberapa faktor eksternal yang datang secara
tiba-tiba, merusak seluruh rencana yang tersusun rapih. Untuk itu,
selalu sediakan juga : Back-up Planning
2.
Setiap Bisnis plan pasti bersifat Unik, artinya berbeda antar satu
usaha dengan usaha lain, berbeda antar satu perusahaan dengan perusahaan
lain, karena adanya perbedaan pada tujuan, strength dan weaknessnya,
serta perbedaan pada masing-masing corporate culturenya.
3.
Bagaimanapun juga, kunci utama adalah The “Man Behind the Gun”. Oleh
karena itu, pastikan bahwa skill, atau kemampuan, knowledege, atau
apapun namanya, harus terus dikembangkan agar para personel semakin
trampil, mahir dan ahli dalam menjalankan setiap tugas dan tanggung
jawabnya.
Penulis adalah :
Praktisi dalam industri tekstil dan semen
.
0 comments:
Post a Comment