Pages

Wednesday 5 December 2012

Waktunya Berubah...

" The Momentum, Attitude & Super Planning !"


 
Oleh : Arief Widyarto GradDipBuss.MBA

-
 Ini Adalah Tulisan tentang bagaimana suatu perusahaan bisa beradaptasi dengan dinamika perubahan yang terjadi, terutama ekspansi pasar China ke dalam negeri kita (CAFTA)

.....If you don't like something, change it; if you can't change it, change the way you think about it......” ~Mary Engelbreit




Rasanya belum selesai krisis ekonomi dunia yang dimulai sekitar akhir 2008 kemarin, “cobaan” lain sudah menghadang. Di awal 2010 lalu perdagangan bebas Asean dan Cina sudah digulirkan. Banyak pelaku usaha yang resah dan pesimis dengan masa depan dari usahanya, terutama dampak yang dirasa semakin berat dengan makin membanjirnya komoditas dari Cina ke Indonesia, mengingat bahwa serbuan produk asing terutama Cina, justru bukan seperti tusukan langsung ke jantung mereka yang mematikan dengan seketika, tapi lebih mengerikan lagi karena merupakan sayatan-sayatan kecil yang membuat menderita sebelum akhirnya terbunuh juga.

Sejak CAFTA ditandatangani di tahun 2004 lalu, Cina memang sudah mempersiapkan diri dengan baik melalui aneka kebijakannya, seperti pemberian insentif pajak, mengontrol bunga kredit rendah, perbaikan infrastruktur dan lain-lainnya. Apalagi, pada dasarnya, Cina saat ini merupakan salah satu kekuatan ekonomi paling tangguh di dunia dengan pertumbuhan ekonominya diatas 8 persen dari tahun ke tahun. Umumnya Produk-produk yang dihasilkan Cina memiliki beberapa faktor yang dapat membuatnya diterima oleh konsumen di Indonesia. Diantaranya adalah faktor harga jual yang relatif lebih murah, kuantitas dan variasi produk yang banyak dan beragam, fungsional (dalam arti berfungsi/dapat digunakan seperti produk sejenis dari Eropa yang ber harga jauh lebih mahal), dan beberapa jenis produk juga sudah dikembangkan dari jenis aslinya (memiliki keunikan).

Serangkaian barier tentu saja masih harus dihadapi oleh para pengusaha China dalam mengembangkan produknya di Indonesia. Salah satu kendala yang dihadapi oleh sebagian dari mereka, dalam jangka pendek, adalah faktor kedatangan barang/ shipment (delivery). Ini masih merupakan salah satu faktor penghambat bahwa industri kita tidak mati seketika. Namun demikian, pelan tapi pasti pabrik-pabrik di Cina akan mulai memindahkan lokasi usahanya di wilayah Asean seperti Vietnam dan Kamboja, bahkan ke Indonesia sendiri, mengingat bahwa biaya-biaya (terutama labour cost) lebih rendah. Bila hal tersebut terjadi, faktor delivery bukan lagi menjadi kendala bagi mereka. Saat itulah, industri kita akan mati, secara pasti.

Melihat beberapa fakta diatas, pantas saja industri-industri di negeri yang masih carut marut ini mulai mengkerut nyalinya. Apalagi, pemerintah terkesan lamban dan tidak maksimal dalam memperjuangkan perlindungan bagi industri dalam negeri. Suku bunga pinjaman kita masih belum bersahabat dengan para pengusaha. Sumber daya listrik yang masih terus bermasalah, termasuk kesiapan sumber daya manusia yang belum juga terlatih dan jaringan infrastruktur seperti jalan dan jembatan yang masih parah.

Dari beberapa media masa kita mengetahui bahwa memang pemerintah bukannya tidak bergerak sama sekali. Beberapa kebijakan Makro sedang dicoba untuk dijalankan, seperti negoisasi penundaan pelaksanaan FTA terhadap beberapa produk, mengevaluasi kembali Standar Nasional Indonesia, mengefektifkan fungsi komite anti dumping, melarang expor bahan baku mentah, sampai kampanye penggunaan produk dalam negeri.


Terlepas dari kebijakan Pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri, pengusaha harus mencari solusi sendiri secara internal perusahaan, untuk bisa bertahan dan justru berkembang dalam kondisi sulit ini. Tulisan ini bermaksud untuk mengupas upaya yang dapat dilakukan sendiri oleh suatu perusahaan, tanpa harus berpangku tangan menunggu keberhasilan langkah-langkah pemerintah.


Untuk itu, upaya-upaya internal perusahaan yang MANTAP, agar produknya tidak di “santap” oleh produk-produk Cina tersebut, harus bisa dilaksanakan demi kelangsungan hidup dan perkembangan usaha yang baik. Upaya-upaya yang sebenarnya adalah upaya atau langkah-langkah standar yang biasa digunakan, penulis coba untuk rumuskan kembali, dan susun menjadi suatu strategi  yang pada intinya adalah merupakan upaya men-sinergikan beberapa langkah penting yang harus dilakukan dengan runtut dan bersungguh sungguh, agar terhindar dari dampak buruk CAFTA ataupun krisis yang melanda dunia usaha. Adapun strateginya adalah sebagai berikut :




1. Momentum - Capture the right moment, right now.

2. Attitude – Spreading the right attitude

3. Super Planning

4. Absorb new Skillsit's all about the man behind the gun  

5. Redesign – be creative, be innovative

6. Improve the ServicesService is the name of the game !

7. Enlarge the NetworkMy enemies are also my good friends

8. Full EvaluationAlways Check and re-Chek.


Berikut adalah penjabaran ringkas atas point-point yang telah disebutkan diatas :

1. Momentum


...To Improve the golden moment of opportunity, and catch the good that is within our reach, is the great art of life.........” (Samuel Johnson).

Anda pernah merasa berada pada situasi yang tepat, waktu yang tepat, resources yang juga tepat dan anda melakukan suatu action/tindakan yang sesuai dengan ketepatan-ketepatan tadi ? Bila ya, benefit dari hasil yang anda dapat, pasti luar biasa besarnya. Sebaliknya, bila action tidak dilakukan, anda akan merasa mengalami suatu kehilangan yang besar sesudahnya, walaupun bentuknya baru merupakan “opportunity lost”. Untuk mengulangi situasi yang tepat dikombinasikan dengan waktu serta resources yang sama tepatnya dengan kejadian pertama, terbilang mustahil. Untuk itu, jangan pernah kita kehilangan “saat yang tepat” atau yang biasa disebut momentum. Karena, suatu momentum yang sama, sulit untuk bisa terulang lagi.

Pada kasus perdagangan bebas ini, Agreement sudah ditandatangani sejak 2004 lalu. Tapi, baik pemerintah Indonesia maupun para pelaku usaha sendiri seperti tak melakukan langkah-langkah antisipatif yang memadai. Saat ini beberapa upaya negosiasi sedang ditempuh kembali. Hasilnya, bisa dibayangkan tidak akan maksimal. Saat ini baik Pemerintah, maupun dunia usaha di tanah air sudah kehilangan momentum untuk bisa mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, dan meraih keuntungan yang sebesar-besarnya dari pasar bebas ini. Momentum terbaik untuk melakukan action justru adalah sejak penandatanganan agreement tersebut. Memang serangkaian deregulasi untuk memperkuat perekonomian dan mengembangkan dunia usaha, secara bertahap terus dilakukan. Tetapi, kebijakan dan langkah spesifik dalam menghadapi event ini justru terbilang lemah.

Namun demikian, tanpa harus menunggu momentum yang sama datang kembali, dunia usaha, atau lebih spesifik lagi perusahaan-perusahaan didalamnya, bisa mulai bergerak lebih cepat, dan menemukan momentum-momentum lain yang masih relevan dengan keadaan saat ini, dan menjadikannya dasar untuk bertindak mencapai hasil yang optimal. Kunci dalam mendapatkan hasil terbaik dari pemanfaatan suatu momentum adalah lakukan SEKARANG, lakukan dengan CEPAT tapi tetap dengan HATI-HATI dan TERENCANA


                     “ ….When you have a lemon, make a lemonade....”(Julius Rosenwald)

Bila suatu momentum sudah ditemukan, kita ambil contoh salah seorang kawan penulis yang merupakan pengusaha sparepart kendaraan bermotor berbahan dasar karet, yang merasa bahwa momentum yang digunakannya adalah justru kesediaan dari para pengusaha Cina untuk berinvestasi di negeri ini, melalui pernyataan beberapa pejabat Cina yang dikutip oleh media-media cetak, bahwa Pengusaha Cina banyak yang akan memindahkan pabriknya ke Indonesia. Sang kawan ini, justru mulai dengan segera mencari informasi dan menganalisa spesifikasi produk sejenis dari Cina, memastikan standar dan kondisi kerja yang sama dengan perusahaan-perusahaan Cina itu, dan kemudian akan meng kontak mereka. Apa yang akan dilakukannya ? Ternyata, justru sang kawan ini menawarkan para perusahaan Cina itu, untuk meng Investasikan mesin/peralatan dan tenaga ahlinya pada pabrik kawan ini. Kasarnya, ini merupakan peluang kerjasama yang tak boleh dilewatkan oleh sang kawan. Keuntungan akan diraih oleh kedua belah pihak, yaitu, untuk pihak Cina, mereka tidak perlu lagi memulai dari awal (scratch) karena sudah ada pabrik di Indonesia dengan standar yang mirip. Karena baik mesin-mesin standar maupun bangunan sudah disediakan oleh si pengusaha Indonesia, maka mereka hanya perlu menginvestasikan beberapa mesin tambahan saja, untuk meningkatkan output dan atau kualitas, sehingga akan lebih menghemat biaya investasi. Keuntungan lain adalah bahwa mereka tidak perlu terlalu pusing lagi dengan birokrasi maupun kultur masyarakat Indonesia. Karena semua ditangani oleh partner Indonesianya. Untuk sang kawan dari Indonesia, tentu saja serangkaian benefit juga akan diperoleh. Diantaranya, memperoleh kesempatan penambahan modal, kesempatan memperbesar dan memperluas usahanya dan menghindari pertentangan langsung dalam kompetisi melawan produk Cina yang dapat saja akan membuang waktu dan biaya yang besar.


           “.....Two men look out through the same bars; One sees the mud, and one the stars.......”
                                                        (Frederick Langbridge)



Memang untuk dapat memilih suatu moment yang dianggap tepat untuk mulai melangkah, tidak saja memerlukan naluri yang tinggi, tapi juga kecermatan dan perhitungan tersendiri. Karena, persepsi atau sudut pandang pelaku usaha yang sering berlawanan dalam menilai suatu peristiwa yang sama. Dalam contoh diatas, pengusaha sparepart itu memilih untuk bergerak sesuai dengan derasnya arus, dan memanfaatkan dahsyatnya dorongan arus tersebut untuk justru melompat jauh kedepan. Sementara, banyak pula pelaku usaha lain yang hanya dapat mengeluh dan akhirnya langsung atau tidak langsung membiarkan diri mereka ditenggelamkan dan dihancurkan oleh derasnya gelombang yang menghantam.


Setelah momentum didapat, saatnya untuk bebenah dan merapikan langkah, yaitu memperhatikan niat, keyakinan dan kebersamaan dari seluruh human resource di perusahaan, atau yang disebut Attitude (Spreading The Right Attitude).



2. Attitude


“ ….You are never defeated as long as you don't think the job is impossible....”(Dale Carnegie).


Adalah mutlak untuk memiliki kesamaan sikap yang positif dari seluruh personil yang ada di perusahaan di segala lapisan/hirarki dalam menghadapi permasalahan yang ada. Kesamaan persepsi bahwa “mahluk” yang bernama FTA ini adalah mahluk ganas yang justru akan memberi peluang emas bagi perusahaan. Selain itu, seluruh personil harus memiliki optimisme bahwa peluang yang ada itu, dengan kerja keras, benar-benar akan menghasilkan emas yang berlimpah bagi kesejahteraan bersama. Sehingga, kunci dari Attitude ini adalah sikap Kebersamaan, Persepsi Positif (Opportunity not threat), Optimisme akan keberhasilan.

Benefit dari right attitude ini, adalah kecenderungan untuk lebih mudah bagi management dalam mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini karena seluruh SDM yang ada akan mendukung dan aktif bekerjasama dalam upaya pencapaiannya.

                                                   ..........
                                                  "Float like a butterfly.
                                                   Sting like a bee.
                                                  Your hands can't hit
                                                  What your eyes can't see."..........
                                                         -
Muhammad Ali


Agar seluruh personil bisa memiliki the right attitude tersebut, adalah dengan :
  • Komunikasi dengan data dan fakta – kondisi saat ini dan rencana penyelamatan.
  • Ciptakan rasa se nasib dan seperjuangan
  • Pastikan adanya interaksi dan partisipasi aktif dari seluruh lapisan, sejak penyusunan program.
  • Ingatkan selalu.
Biasanya ada saja personil yang tetap bersikap pesimis, dan resist atas perubahan atau rencana yang akan dilakukan. Dalam hal ini, lakukan langkah persuasif. Baik melalui orang-orang yang sudah lebih dulu bisa menyadari perlunya Right attitude, ataupun dilakukan langsung oleh pihak management sendiri. Apabila pendekatan persuasif tidak membuahkan hasil, yang artinya komunikasi dalam Pembinaan pihak-pihak yang resistant sudah buntu, maka jalan yang diambil selanjutnya haruslah Pembinasaan. Langkah ini perlu diambil, agar perusahaan tidak harus mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi dalam bentuk kegagalan pelaksanaan program/pencapaian target, akibat dikacaukan oleh segelintir personil tersebut.


“…It's dead easy to die It's the keeping-on-living that's hard...” (Robert W Service)

Right attitude ini, walau kebanyakan masih berupa tahap “semangat untuk berubah, keinginan untuk menang, dan keinginan peningkatan kesejahteraan” dll, tentu saja harus didukung dengan perencanaan atau program yang jelas dan “achievable”. Untuk itu dibutuhkan suatu perencanaan yang tidak saja matang, tapi juga berkualitas Super !.


  1. Super Planning - No ordinary Program !


    “…...He who fails to plan, plans to fail......”(Anonymous)

Saat Semangat saja tidak lagi cukup untuk menang, maka dibutuhkan suatu planning yang benar-benar hebat yang bisa menjadi acuan, dan pegangan untuk pencapaian tujuan dengan efektif. Untuk itu, sebut saja dengan istilah Super Planning. Bagaimana ciri-ciri dari Super Planning ini :

  • Selalu didasari oleh kesadaran akan aspek-aspek Strength, weakness dari perusahaan.

  • Tidak terlalu umum, yang dapat menimbulkan missinterpretasi, namun tidak terlalu detil sehingga menjadi tidak fleksibel.

  • Fokus pada tujuan yang sudah ditetapkan

  • Achievable, rasional, mudah dimengerti dan memacu motifasi.

  • Didukung dengan data-data dan fakta yang valid

  • Selalu di komunikasikan dengan terbuka dan interaktif.

  • evaluasi, pastikan terjadi continous improvement.

  • Update secara berkala

Bagaimana manfaat dari super planning bagi sebuah usaha ? Anne Ahira, dalam tulisannya berjudul “sukses berawal dari bisnis plan” di blognya http://www.anneahira.com/karir/bisnis-plan.htm berpendapat bahwa manfaat business plan yang baik adalah sebagai berikut :

  1. Fungsi dari perencanaan yang disusun secara sistematis dapat menjadi sarana komunikasi bagi semua pihak penyelenggara perusahaan.

  2. Perencanaan bisa menjadi dasar pengaturan alokasi sumberdaya.

  3. Sebagai alat pendorong bagi pelaku bisnis untuk melihat ke depan dan menyadari betapa pentingnya variabel waktu.

  4. Menjadi pegangan dan tolok ukur fungsi pengendalian.

Masih menurut Anne, Seringkali bisnis dikelola dengan hanya bermodal semangat. Banyak orang yang ingin segera mempunyai usaha tanpa mau membuat bisnis plan. Padahal tidak sedikit para pebisnis yang masih gagal walaupun telah melakukan planning dengan baik.

Dari pengalaman penulis, yang juga harus diperhatikan adalah bahwa,

1. Sehebat-hebatnya planning yang dibuat, sehebat-hebatnya action yang dilakukan, sering terjadi beberapa faktor eksternal yang datang secara tiba-tiba, merusak seluruh rencana yang tersusun rapih. Untuk itu, selalu sediakan juga : Back-up Planning
2. Setiap Bisnis plan pasti bersifat Unik, artinya berbeda antar satu usaha dengan usaha lain, berbeda antar satu perusahaan dengan perusahaan lain, karena adanya perbedaan pada tujuan, strength dan weaknessnya, serta perbedaan pada masing-masing corporate culturenya.
3. Bagaimanapun juga, kunci utama adalah The “Man Behind the Gun”. Oleh karena itu, pastikan bahwa skill, atau kemampuan, knowledege, atau apapun namanya, harus terus dikembangkan agar para personel semakin trampil, mahir dan ahli dalam menjalankan setiap tugas dan tanggung jawabnya.




                                                                                                      Penulis adalah :
                                                                                  Praktisi dalam industri tekstil dan semen










.


Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment